Saat ini kaum muslimin di berbagai belahan dunia, benar-benar dalam kondisi memilukan. Di berbagai negeri kita ditindas, terfitnah, tertimpa berbagai musibah dan bala’. Orang-orang kafir begitu berani menggerayangi kita umat Islam, membantai kita, merampas hak milik kita, mencabik-cabik kehormatan putra-putri kita, bahkan menjadikan banyak saudara-saudara kita mengungsi meninggalkan tanah air mereka.

Seperti yang baru-baru ini terjadi di Suriah dan Myanmar. Orang-orang kafir begitu lancang merendahkan Islam, menistakan al-Qur’an dan melecehkan Rasulullah ﷺ. Orang-orang munafik tidak malu lagi untuk menyembunyikan kemunafikan mereka dalam membela para penista Islam. Apa gerangan penyebabnya…??

Ada 2 faktor penyebabnya; (1) Eksternal dan (2) Internal. Makar-makar musuh Islam, propaganda media kuffär yang mengadu domba, isu-isu menyesatkan yang disebarkan orang orang kafir tentang Islam, adalah sedikit contoh dari faktor eksternal yang menyebabkan nestapa di tengah umat ini. Namun bukan hanya faktor eksternal, faktor internal yang terjadi di tubuh kaum muslimin sendiri, punya peranan besar dalam melemahkan umat. Al-Qurän dan hadits-hadits Rasulullah ﷺ justru lebih banyak menyinggung tentang faktor internal ini. Karena memang, perjalanan sejarah telah membuktikan, bukanlah musuh Islam yang hebat, namun kita sendirilah yang melemah. Sehingga musuh dengan mudah mempermainkan dan menghinakan kita. Kelemahan yang dimaksud di sini, bukan hanya kelemahan secara sosial, politik, dan ekonomi, melainkan kelemahan yang paling mendasar, yaitu agama. Di saat umat Islam sudah mulai meninggalkan Islam, di saat itu pula hitungan mundur kehancuran telah dimulai.

***

Di antara ayat al-Qurän yang berbicara tentang faktor internal ini adalah firman Allah dalam Surah asy-Syüra (artinya):

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. [QS. asy-Syüra: 30]

Juga firman-Nya (artinya):

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. [Qs. Ali ‘Imran: 165]

Dalam Surah ar-Rum ayat yang ke-41 dan 42, Allah menjelaskan kesalahan terbesar yang kita lakukan, sehingga mengundang turunnya bala’ di tengah umat ini (artinya):

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) ** Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)“. [QS. ar-Rum: 41-42]

Dalam ayat ini, Allah mengisyaratkan bahwa kesalahan paling fatal yang dilakukan oleh suatu ummat adalah kesyirikan, melenceng dari ajaran tauhid. Inilah yang terjadi pada umat-umat terdahulu sehingga mereka dibinasakan dan dihancurkan oleh Allah. Dan hal yang sama telah terjadi pada diri kita kaum muslimin. Sebagian kita melupakan tauhid, lalu condong pada kesyirikan. Lihatlah apa yang terjadi baru-baru ini, sebagian mereka yang mengaku muslim, lebih menggantungkan rizki mereka kepada seorang dukun pengganda uang, daripada bersandar kepada Allah

***

Allah berfirman menjelaskan mengapa dulu orang-orang kafir begitu gentar dan takut menghadapi Rasulullah ﷺ dan para Sahabat (artinya):

Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah….” [QS. Ali ‘Imran: 151]

Gara-gara mereka berbuat syirik, hidup mereka diliputi oleh ketakutan. Namun kini keadaannya berbalik. Justru kaum muslimin yang diliputi rasa takut di hadapan orang-orang kafir dan munafik. Menunjukkan apa..? Menunjukkan kesyirikan sudah merebak di tengah-tengah kaum muslimin.

***

Maka tak ada solusi lain untuk membangkitkan kembali umat Islam, selain kembali kepada Islam itu sendiri. Rasulullah ﷺ  bersabda (artinya):

“Manakala kalian telah bertransaksi riba dengan cara ‘inah, dan kalian telah ridho dengan dunia, ridho dengan ternak dan kebun-kebun kalian, dan manakala kalian telah meninggalkan jihad melawan syaithan, musuh-musuh Allah, dan hawa nafsu kalian, maka Allah akan menimpakan kehinaan dan kelemahan pada kalian yang tidak akan Allah cabut sampai kalian kembali pada agama kalian.” [as-Silsilah as-Shahihah: 1/15, al-Albani]

Taubat yang nashüh adalah langkah awal kita untuk membangunkan umat ini demi meraih kembali kemenangan mereka, Allah telah menjanjikan:

Dan bertaubatlah kalian wahai orang-orang mukmin, agar kalian beruntung…” [QS. an-Nuur: 31]

Kemudian yang kedua, kita wujudkan makna keimanan yang sesungguhnya, yaitu tauhid, dan amal shalih yang berdiri di atas pondasi tauhid. Bahwa hanya Allah semata, yang berhak atas segenap ibadah kita, baik lahir maupun batin. Hanya Allah saja, yang berhak atas sholat kita, puasa kita, haji kita, sesembelihan kita, nadzar yang kita lakukan, do’a dan munajat kita, tawakkal kita, cinta dan pengagungan kita di hati, demikian pula dengan khauf atau rasa takut kita. Hanya di hadapan Dia kita bersujud, menghinakan diri, tunduk, dan taat secara totalitas. Jauh dari syirik, jauh dari bergantung pada selain Allah, entah itu orang-orang shalih yang sudah mati, apalagi dukun, jin, dan yang semisalnya. Ini semua adalah kesyirikan yang mengotori iman.

Jika makna iman sejati telah terwujud di tengah masyarakat, maka dipastikan pertolongan Allah sejenak lagi akan datang memuliakan kita. Karena Allah telah berjanji (artinya):

Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”. [QS. Ghafir: 51]

Juga dalam firman-Nya (artinya);

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. [QS. an-Nuur: 55]

***

Oleh: Ust. Abu Ziyan Halim