Dewasa ini salah satu satu prinsip dasar keimanan yang sangat penting dan wajib bagi setiap muslim melaksanakannya, namun sudah pudar dan bahkan hilang dalam diri seorang mukmin adalah Al-wala’ wal-bara’ yaitu mencintai dan memberikan loyalitas (wala’) kepada kaum mukminin, serta membenci dan memusuhi kekufuran serta berpaling (bara’) dari orang-orangnya, baik dalam hal perkataan, perbuatan dan kepercayaan.

Berikut ini beberapa hal yang harus nampak dari seorang muslim dalam menerapkan aqidah al-Wala’ dan al-Bara’, di antaranya:

  1. Menolong dan membantu kaum muslimin dengan jiwa, raga dan harta, baik dalam urusan agama maupun dunia

Memberikan pertolongan kepada sesorang muslim baik secara lahir ataupun bathin merupakan keharusan bagi muslim lainnya. Allah Ta’ala berfirman (artinya):

”Dan orang-orang beriman lelaki dan wanita, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lainnya.” [QS At-Taubah: 71]

  1. Ikut merasakan penderitaan mereka dan gembira dengan kesenangan mereka

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, sehingga kebersamaan harus selalu terjalin, baik dalam suasana suka ataupun duka. Sebuah kalimat hikmah mengatakan: “Saudaramu yang sesungguhnya adalah yang ikut menangis bersamamu, bukan yang hanya ikut tertawa bersamamu.”

Raulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda (artinya):

“Perumpamaan kaum muslimin dalam kasih sayangnya, belas kasihannya, dan sayang menyayanginya bagaikan satu tubuh, apabila satu bagian tubuh merasa sakit (menderita) maka seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur karenanya.” [Muttafaqun alaihi]

  1. Mencintai sekaligus mendoakan kebaikan dan ampunan bagi mereka.

Di antara tanda keimanan dan tanda eratnya persaudaraan antara seorang muslim dengan muslim lainnya adalah mencintai dan mendoakan kebaikan bagi saudaranya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْه مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” [HR Bukhari dan Muslim]

Allah Ta’ala berfirman (artinya):

“Dan mohonkanlah ampun bagi dosamu dan bagi dosa-dosa orang-orang mukmin laki-laki dan wanita.” [QS Muhammad :19]

  1. Menghormati dan memuliakan kaum muslimin, tidak merendahkan dan mencela mereka serta tidak berkhianat kepada mereka.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

“Orang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak mengkhianatinya, tidak membohonginya, tidak merendahkannya, setiap muslim atas muslim lainnya adalah haram kehormatan, harta dan darahnya.” [HR Muslim]

  1. Menghargai hak-hak kaum muslimin dan bersikap lemah lembut terhadap mereka

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyebutkan bahwa di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah menghargai dan menunaikan  hak-hak muslim lainnya dengan menghormati, menyayangi dan bersikap lemah lembut kepada mereka. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّر كَبِيْرَنَا وَيَرحَمْ صَغِيْرَنَا وَلَا يَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

“Bukanlah termasuk golongan kami siapa saja yang tidak menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak orang alim.” [HR Ahmad dan Hakim]

6.Tidak menyerupai orang kafir dalam penampilan dan gaya bicara serta tidak berbangga dengan nama-nama mereka

Allah Ta’ala mengharamkan penyerupaan terhadap orang kafir dalam hal yang menjadi ciri khusus dan adat kebiasaan mereka, baik berupa penampilan, gaya bicara, terlebih lagi sifat berbangga dengan nama-nama orang kafir. Allah taala juga mengancam akan mengumpulkan mereka dengan orang-orang kafir yang mereka ikuti pada hari kiamat. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka.” [HR. Abu Daud]

  1. Tidak mengutamakan negeri kafir untuk tujuan wisata dan refreshing (menyegarkan jiwa)

Mengutamakan wisata ke negeri kafir diharamkan oleh syariat kecuali dalam keadaan terdesak dan memang diperlukan seperti berobat, berdagang dan kebutuhan lainnya dan berusaha untuk selalu menampakkan keislamannya.

  1. Tidak membantu orang kafir dalam usaha melawan kaum muslimin (bahkan ini termasuk perbuatan kufur), tidak memberikan kekuasaan kepada mereka, serta tidak menjadikan mereka sebagai sahabat dekat

Allah Ta’ala berfirman (artinya):

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin kalian, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain.” [al-Maidah: 51]

  1. Tidak ikut berpartisipasi dalam hari raya dan adat istiadat serta kebiasaan orang kafir, tidak memberikan penghargaan dengan memberikan ucapan selamat

Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ikut serta dalam perayaan hari raya orang kafir apalagi sampai memberikan penghargaan atau ucapan selamat kepada mereka karena hal itu merupakan bentuk keridhoan terhadap keyakinan mereka. Allah taala berfirman (artinya):

“Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” [QS al-Kafirun : 6]

  1. Tidak berdoa dan memohonkan ampunan bagi orang kafir dan tidak bersikap kasih sayang terhadap mereka.

Allah Ta’ala berfirman (artinya):

 “Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun kepada Alloh bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam.” [QS at-Taubah : 11].

Adapun mendo’akan hidayah untuk orang kafir ketika masih hidup, maka ini diperbolehkan apalagi jika disertai dengan ajakan pada islam

***