Setiap insan berakal tentu sangat mendambakan kebahagiaan dan keamanan dalam hidupnya. Orang kafir, orang Islam, tua, muda, semua berpacu untuk mendapatkannya. Hanya saja manusia berbeda-beda cara dalam meraihnya. Pada tulisan ini kami coba ketengahkan kepada pembaca yang budiman kiat-kiat memperoleh keamanan dan kebahagiaan yang insya Allah akan langgeng di dunia dan akhirat.

Pertama: yang perlu ditekankan bahwa keamanan dan kebahagiaan hakiki hanya akan didapatkan dengan berpegang teguh dengan agama Islam. Dan sebab kehancuran adalah dengan mengikuti jalan syaitan yang kerap menjauhkan manusia dari ajaran dan agama Islam.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (totalitas), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah Syaitan. Sesungguhnya Syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” [Al-Baqarah: 208].

Syaithan dahulu telah berjanji untuk menyesatkan manusia dengan tujuan agar mereka tidak merasakan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” [Al-Hijr: 39].

Allah juga berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka jadikanlah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya Syaitan-Syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” [Fathir: 6].

Kedua: Tauhid merupakan sebab terbesar keamanan dan kebahagiaan hidup seorang hamba.

Seseorang yang hanya menyerahkan ibadah dan harapan serta memanjatkan doa hanya kepada Allah Ta’ala saja tidak akan terombang-ambing di antara tuhan-tuhan atau berhala-berhala yang disembah selain Allah Ta’ala. Orang yang beribadah kepada tuhan-tuhan yang banyak bagaikan budak yang terombang-ambing kebingungan menghadapi keinginan tuan-tuannya.

Allah Ta’ala berfirman:

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا اَلْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Allah Ta’ala membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [Az-Zumar: 29].

Oleh karenanya hamba yang hanya menjadikan Allah sebagai sesembahannya adalah hamba yang diberi jaminan keamanan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-An’am: 82].

Ketiga: menapaki sunnah Nabi shallallahu’alaihi sallam juga merupakan sebab terbesar untuk memperoleh hidup aman dan bahagia.

Sunnah yang dimaksud di sini adalah seluruh ajaran yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dipraktikkan serta diyakini oleh Shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum, baik mengenai aqidah, ibadah, mu’amalah, dll.

Banyak kisah dalam sejarah Islam yang membuktikan bahwa mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mendatangkan keamanan dan kebahagiaan. Namun kami akan bawakan satu kisah saja pada artikel ini.

Pada suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak Abdullah bin Mas’ud ke suatu tanah lapang di kota Mekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya duduk dan membuatkan garis pembatas yang tidak boleh dilewati, beliau bersabda: “Tetaplah engkau di garis itu, karena akan ada beberapa orang yang mendatangimu. Janganlah engkau ajak mereka bicara karena mereka juga tidak akan mengajakmu bicara”. Lalu Nabi berlalu ke tempat yang beliau kehendaki. Beberapa saat kemudian datanglah beberapa orang lelaki yang warna kulit dan rambutnya hitam pekat. Sampai-sampai kulit dan aurat mereka tak terlihat. Mereka mendatangi Ibnu Mas’ud tetapi tidak melewati garis yang telah dibuat Nabi. Lalu mereka pergi menuju arah Nabi….

Coba pembaca sekalian perhatikan kisah yang agung ini. Kepatuhan Abdullah bin Mas’ud mengikuti arahan Rasulullah ketika beliau memerintahkannya agar tetap di tempat, ia terhindar dari kejahatan serombongan orang yang mendatanginya dalam bentuk yang amat menakutkan. Padahal pemisah antara dirinya dengan orang-orang yang mengerikan itu hanyalah sebuah garis, sekiranya angin berhembus kencang niscaya terhapuslah garis tersebut. Namun garis ini bukanlah sembarang garis, inilah garis Sunnah! Barangsiapa yang berpegang teguh dengannya pasti dicukupkan Allah dengan perlindungan-Nya. [Madarik an-Nazhor fi As-Siyasah, Abdul Malik Ramadhani al-Jazairi, 70 (terj. Pandangan Tajam Terhadap Politik, Abu Ihsan Al-Atsari, 50)].

Wallahu A’lam

***

Oleh: Ust. Muhammad Firman Ardiansyah, Lc

(Pengajar di Ponpes Abu Hurairah Mataram)