Pernahkah Anda takut terhadap sesuatu sehingga Anda harus berdoa kepada Allah untuk menyingkirkan hal yang Anda takuti tersebut?.

Tentu jika Anda sampai harus berdoa karena takut terhadap sesuatu, maka sesuatu itu memang benar-benar menakutkan.

Bagaimana pendapat Anda jika masalah yang Anda takuti tersebut adalah sesuatu yang orang sedunia menganggap Anda adalah orang yang paling hebat atau orang ke dua yang paling hebat dan pintar di dunia ini untuk mengatasi masalah tersebut.

Kira-kira sehebat apa permasalahan tersebut bagi dunia, Anda yang paling ahli saja takut dan perlu berdoa kepada Allah agar masalah tersebut tidak menimpa Anda ?

Seorang Nabi, salah satu dari khalilurrahman, orang nomor dua setelah Rasulullah r, berdoa kepada Allah, sebagaimana yang dikisahkan Allah dalam QS. Ibrahim: 35:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim bahwa Imam Ibrahim an-Nakha-i berkata:

“Siapa yang berani merasa aman dari bala kesyirikan setelah Nabi Ibrahim?”
Nabi Ibrahim adalah seorang utusan Allah yang sangat pandai mentauhidkan Allah dalam setiap tindakan dari tarikan nafas beliau, seorang Nabi yang mendapat tuntunan siang dan malam, takut kesyirikan menimpa beliau dan anak cucu beliau.

Apalagi yang beliau takutkan adalah jenis kesyirikan yang jelas, bukan kesyirikan yang samar dan diliputi syubhat kerancuan pemikiran.
Ulama mana di dunia ini yang berani menganggap dirinya lebih hebat dari Nabi Ibrahim sehingga dengan congkaknya berani berkata “saya aman dari kesyirikan” apalagi kita yang alhamdulillah kalau bisa terhitung sebagai penuntut ilmu agama.

Pernahkah kita berdoa seperti doa Nabi Ibrahim, ataukah kita telah merasa congkak, sehingga merasa aman dari kesyirikan. Bahkan ada sebagian orang yang menganggap dirinya muslim, da’i, Ustadz, sangat anti jika mendengar kalimat syirik disampaikan di atas mimbar .

Apalagi yang mengingkatkan akan kesyirikan membawa dalil dan dasar yang jelas dari al-Quran dan Hadits serta perkataan para ulama.
Jangan sampai kita menyesal diakhir, sebagaimana yang dikisahkan Allah dalam QS. Al-Ahzab: 67:

“Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).”

Tidak cukupkah contoh rasa takut Nabi Ibrahim yang dikisahkan Allah dalam al-Quran sebagai pelajaran bagi kita sehingga kita introspeksi diri dan paling tidak menghindari amalan-amalan yang disinyalir berbau kesyirikan. Toh di sana masih banyak cara beribadah yang benar-benar menunjukkan tauhid yang murni.

Allah berfirman:
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah: 6)

Agar kita bisa merasakan betapa tingginya tingkat bahaya kesyirikan, sehingga kita harus berdoa dan mawas diri agar terhindar dari kesyirikan. Mari kita perhatikan alasan-alasan berikut:

1. Di dalam QS. Ibrahim: 36 Nabi Ibrahim dalam doanya menyampaikan alasannya:

“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Benar, agama Islam bukanlah agama terbesar di dunia, apalagi jika pemeluk seluruh agama di dunia ini dikumpulkan jadi satu, tentu jumlahnya jauh lebih besar dibanding pemeluk agak Islam, dan walhamdulillah, kita termasuk dari yang sedikit tersebut. Sangat beralasan jika Nabi Ibrahim berkata demikian. Belum lagi jika kita menilik firman Allah dalam QS. Yusuf: 106, ternyata orang yang mengaku beriman kepada Allah juga banyak yang terpapar kesyirikan. Allah berfirman:

“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf; 106)

Pertanyaan: “Apakah kita sudah berupaya agar kita tidak dikatakan berbuat syirik setelah beriman kepada Allah???.”

Sangat jelas dalam analogi yang sah bahwa: jika Nabi Ibrahim, orang yang paling tahu tentang tauhid dan syirik, takut kesyirikan menimpa beliau dan anak cucu   beliau. Maka orang yang merasa aman dari kesyirikan maka ia adalah orang yang paling bodoh.

2. Dalam QS. An-Nisa: 48 dan 116, Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”

Allah tidak akan mengampuni dosa syirik bagi siapa yang belum bertaubat, ini menunjukkan dosa syirik sangat berbeda dengan dosa lainnya.
Allah Yang Mahapengasih pun tidak memberikan kemungkinan dosa syirik diampuni di akhirat nanti jika belum bertaubat di dunia.

Terlebih lagi Rasulullah r menggambarkan dosa syirik sebagai dosa terbesar.
“Diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, saya pernah bertanya kepada Rasulullah r: “Dosa apa yang paling besar di sisi Allah? Rasulullah r menjawab: “Engkau menjadikan bagi Allah sekutu padahal Dia lah yang telah menciptakanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah  r juga bersabda:
“Barang siapa yang mati dalam keadaan menyembah sesembahan selain Allah, maka masuklah ia ke dalam neraka.” ( HR. Bukhari )

Sebaliknya Rasulullah r bersabda:
“Barang siapa yang menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya, pasti ia masuk surga.” (HR. Muslim).

Jika kita hendak menjamin kebahagiaan untuk pribadi, keluarga, saudara, teman dan tetangga di dunia dan akhirat, mari kita ajak mereka merealisasikan tauhid yang murni, mengesakan Allah dalam segala aspek dan menjauhkan diri kita dari kesyirikan baik yang jelas maupun yang masih samar.

3. Sebagian kesyirikan sangat samar, dan inilah yang paling ditakuti oleh Rasulullah r, sehingga beliau perlu mengingatkan para sahabat yang notabene adalah sebaik-baik ummat dan sebaik-baik generasi. Rasulullah r bersabda:

“Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik kecil, kemudian beliau ditanya tentang itu, dan beliaupun menjawab : yaitu riya”( HR. Ahmad, Thabrani dan Abi Dawud ).
Wallahu A’lam

***

Oleh: Ust. Fakhruddin Abdurrahman, Lc.