Membaca al-Qur’an dan mentadabburinya termasuk pintu hidayah yang paling besar, karena bisa menuntun seseorang kepada jalan yang lurus, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيْراً
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS :al-Isra’ :9).إِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ.لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ.
“Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka karunia-Nya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha mensyukuri.” (QS :Fathir : 29-30).Al-Qur’an adalah Hidayah (petunjuk)
Membaca al-Qur’an, mentadabburi serta mengamalkannya merupakan amalan rutin seorang mukmin, sifat para wali Allah subhanahu wata’ala dan juga salahsatu diantara penyebab hidayah bagi hamba-hamba-Nya. Tidak mentadabburi dan tidak pula mengamalkannya ini merupakan salah satu sifat orang-orang yang bermaksiat serta orang yang berpaling dari syari’at Allah subhanahu wata’ala, juga merupakan penyebab tersesatnya seseorang, Allah subhanahu wata’ala berfirman mengingkari perbuatan mereka:
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلىَ قُلُوْبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS:Muhammad:24).أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدثوْا فِيْهِ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا
“Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah,tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS:an-Nisa:82).Al-Qur’an adalah penuntun kepada semua kebaikan
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ آيَاتِيْ تُتْلىَ عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ عَلىَ أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُوْنَ.مُسْتَكْبِرِيْنَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُوْنَ.أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوْااْلقَوْلَ أَمْ جَاءَهُمْ مَالَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الْأَوَّلِيْنَ
“Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (al-Qur’an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang. Dengan menyombongkan diri terhadap al-Qur’an dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya diwaktu kamu bercakap-cakap di malam hari. Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu.” (QS :al-Mu’minun :66-68).Maksudnya yaitu sendainya mereka memikirkan al-Qur’an maka mereka akan mendapatkan keimanan dan menghindari mereka dari kekufuran serta kemaksiatan, maka hal ini menunjukkan bahwa mentadabburi al-Qur’an ini menuntun kepada segala kebaikan dan menghindarkan kita dari segala kejelekan.
Tidak memperhatikan Al-Qur’an adalah sifat orang kafir
Allah subhanahu wata’ala menegur kaum mukminin agar tidak menyerupai orang kafir yang tidak khusyu’ ketika mendengar Al-Qur’an:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَكَثِيْرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُوْنَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah subhanahu wata’ala dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS :al-Hadid :16).Mentadabburi Al-Qur’an menambah Iman
Allah subhanahu wata’ala menyebutkan bahwasanya al-Qur’an ini bisa menambah keimanan seorang mukmin apabila ia membaca serta mentadabburi ayat-ayat al-Qur’an itu:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَعَلىَ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلْوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila nama Allah disebut gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS: al-Anfal :2).Kemudian Allah subhanahu wata’ala memperingati dengan keras para hambanya jangan sampai mereka berpaling dari al-Qur’an yang mulia ini, Allah subhanahu wata’ala menyebutkan bahaya berpaling dari al-Qur’an ini serta dosa yang akan dipikulnya pada hari kiamat kelak akibat berpaling, tidak menerima dan menjauh dari al-Qur’an ini, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْرًا.مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا.خَالِدِيْنَ فِيْهِ وَسَاءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِملاً
“Dan sesungguhnya telah kami berikan kepadamu dari sisi kami suatu peringatan (al-Qur’an). Barangsiapa yang berpaling dari al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa di hari kiamat. Mereka kekal dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat.” (QS :Thaha :99-101).Maka sepantasnyalah seorang mukmin menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, membacanya dengan merenungkan dan mentadabburinya lalu mengamalkan isi kandungannya, Ibnul Qoyyim-rahimahullah-berkata: ”tidak ada yang lebih besar manfaatnya bagi hati dari pada membaca al-Qur’an dengan mentadabburi dan merenungkannya, karena al-Qur’an merupakan kitab suci yang bisa dijadikan pedoman hidup oleh setiap manusia, dengan membaca dan mentadabburinya bisa melahirkan al-Mahabbah (cinta kepada Allah), al-Khauf (rasa takut kepada Allah), ar-Raja’ (berharap hanya kepada Allah), al-Inabah, tawakkal, ridha dan menerima (takdir Allah), sifat sabar, syukur serta seluruh perbuatan yang bisa menyebabkan hidupnya hati dan mencapai kesempurnaannya… Membaca sebuah ayat al-Qur’an disertai dengan mentadabburi dan merenungkan maknanya jauh lebih baik dari pada mengkhatamkan al-Qur’an tanpa disertai tadabbur dan pemahaman akan maknanya. Membaca al-Qur’an dengan memahami makna dan kandungannya jauh lebih bermanfaat bagi hati serta jauh lebih besar faidahnya dalam menambah keimanan dan merasakan manisnya al-Qur’an.” (Miftah Daar as-Sa’adah:I/187).
Orang yang membaca al-Qur’an dengan memenuhi kriteria yang beliau sebutkan tadi maka al-Qur’an itu akan memberi manfaat yang begitu besar baginya, dan inilah sebenarnya maksud dan tujuan diturunkannya al—Qur’an, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Hal yang dituntut dari kita terhadap al-Qur’an ini adalah memahami maknanya serta mengamalkannya,maka apabila tujuan penghafal al-Qur’an bukaan hal ini maka dia bukan termasuk ulama” (Majmu’ Fatawa:V/262).
***
dari artikel berjudul:
Haqiqatu Fahmil Qur’an wal ‘Amalu Bihi oleh Syaikh Prof. DR. Abdurrazzaq al-Badr (http://al-badr.net)
Download Buletin versi PDF
Artikel yang Anda baca ini dapat di download dalam versi Buletin PDF disini: https://www.box.com/s/smanyhaucg/1/12869745/7790298622/1
Komentar Terbaru